Bersyukur Kepada Allah - 2 mei 2004

INTISARI KHOTBAH
Bersyukur kepada Allah (I Tesalonika 5:12-22)

Allah yang kita sembah adalah Allah yang baik. Ia memperlihatkan Anak-Nya yang tunggal, yaitu Juruselamat, supaya dunia mengecap kebaikan, rahmat dan kasih sayang Allah, dunia akan binasa yakni penghakiman adil (Yohanes 16:11), sebab rohnya mati oleh karena dosa awal dan kemerosotan (Efesus 2:1). Tetapi Allah mengutus Yesus Kristus sebagi penebus dosa (Yohanes 3:16), agar manusia jangan binasa, tetapi agar diselamatkan, karena kita memperoleh keselamatan dan hidup kekal (Efesus 1:5-10), dengan kasih sayang dari Allah dan kasih anugerah Kristus. Kita harus memberitakan kabar baik yang begitu besar ini keseluruh bangsa.

Injil ini adalah iman yang menyelamatkan seluruh bangsa. Kebenaran Allah dinyatakan dari injil ini (Roma 1:14-17). Kehidupan iman ialah, yang mengakui kasih anugerah yang sebesar ini dan menaikkan syukur (Matius 8:4). Pemberitaan injil adalah ungkapan kita kepada orang lain mengenai keselamatan yang kita terima (Kisah 3:6-10). Kita seharusnya jangan memadamkan Roh Kudus, dengan sukacita senantiasa, tetap berdoa dan mengucap syukur dalam segala hal (I Tesalonika 5:18).

· Ibadah sejati adalah mengucap syukur sungguh-sungguh. Allah mencari mereka yang menyembah Allah demikian.

· Ibadah sejati ialah harus bersukacita, bersyukur dan berdoa sungguh-sungguh. Roh Kudus turut bekerja untuk hal itu.

· Mari kita mengungkapkan dan menyaksikan kasih anugerah yang kita terima, itulah ibadah dan syukur, Roh Kudus turut bekerja untuk hal itu.

Dengan berapa banyak kita menyenangkan hati Allah selama kita tinggal di dunia ini?

Mari kita menyenangkan hati Allah dengan sukseskan ibadah.


ISI KHOTBAH

Allah yang kita sembah adalah Allah yang baik. Sepertinya kita mengenal hal baik, tetapi sebenarnya kita tidak mengerti dengan jelas. Ketika mereka datang kepada Yesus dan mengatakan “Guru yang baik!” Yesus berkata, “Mengapa kamu katakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja”, Lukas 18:18-19. Mereka menyangka baik itu sebagai baik hati. Apa artinya baik hati bagi Allah? Kita sering menyebut Allah kita adalah baik, atau Yesus adalah gembala yang baik. Yesus sendiri menyebut diri-Nya sebagai gembala yang baik.

Di dalam taman Eden, Adam yang ilahi pertama kali dia menerima perintah dari Allah ‘jangan makan buah pengetahuan baik dan jahat, jika kamu makan maka kamu akan mati pasti’. Buah pengetahuan yang baik dan jahat itu maksudnya yang baik dan yang jahat sedang bersebelahan dan saling menyentuh. Itu maksudnya ada garis batas. Negara kita dipisahkan antara Utara dan Selatan maka ada garis pembatas yang tidak boleh dilampaui oleh kita, juga oleh mereka. Demikian baik itu adalah garis batas, jika melampaui garis batas itu menjadi yang jahat. Yang baik itu adalah hakekat atau sifat dasar Allah. Yang baik itulah memuatkan segala-galanya dari Allah.

Ketika kita mengatakan Allah yang baik atau gembala yang baik, disitu yang baik artinya kesempurnaan. Kebaikan Allah artinya kesempurnaan, maka di dalam kebaikan ada kasih, kuasa, hidup, belas kasihan dan segala-galanya dari Allah. Apapun kepunyaan dari Allah, kuasa-Nya atau sorga-Nya, itu semua termasuk dalam kebaikan-Nya. Segalanya dari Allah... Oleh sebab itu, apabila kita melampaui garis batas dari kebaikan itu, menjadi yang jahat, yaitu maut, kutuk, hukuman, penderitaan dan sengsara yang tak habis-habisnya. Demikian jika melewati garis batas dari yang baik menjadi yang jahat. Yang baik dan yang jahat tidak dapat berada bersama. Maka Alkitab mengatakan, terang dan kegelapan, yang benar dan tidak benar tidak dapat bergabung bersama. Allah dan berhala bagaimana dapat berada bersama? Orang yang percaya dan yang tidak percaya bagaimana dapat bergaul bersama? Demikian yang baik dan yang jahat tidak dapat berada bersama. Oleh sebab itu, Allah mengatakan jangan melewati garis batas itu. Tetapi Iblis menggoda Adam, agar melampaui garis batas itu. Sebab itu manusia kehilangan hidup, kebahagiaan, kemudian kuasa yang kekal seketika itu juga.

Manusia kehilangan akan Allah yang baik dan tidak boleh melihat-Nya lagi. Yang tinggal pada manusia hanya yang jahat, ketidak-bahagiaan, kutuk dan hukuman saja. Maka manusia meninggalkan kebaikan Allah, dan tinggal bersama yang jahat. Walaupun Adam yang diusir dari taman Eden melahirkan dua anak laki-laki, anak sulung membunuh adiknya, dan anak sulung itu meninggalkan orang tua lalu mengembara. Demikian terpecah belah keluarga mereka dan didatangani oleh kutuk. Dia tidak boleh kembali ke taman Eden, dan lingkungannya dikutuk, sehingga penuh dengan semak duri dan rumput duri. Mereka tidak boleh melihat yang baik, dan tidak boleh mengintip ke dalam taman Eden, karena ditempatkannya pedang yang menyala-nyala untuk menjaga taman Eden. Itulah yang jahat.

Tetapi Allah mengasihi manusia, lalu mengaruniakan kasih anugerah agar manusia menyadari dan ikut serta dalam kebaikan Allah. Sewaktu Allah mengaruniakan kasih anugerah, itu haruslah menghapus dosa manusia, maka diutuslah Yesus sebagai penebus dosa. Oleh karena itu, Yesus menyerahkan nyawa-Nya. Hal ini bukanlah sesuatu dari keagamaan, tetapi itulah pengalaman kita yang nyata. Itu bukan filsafat atau gagasan kita, tetapi pengalaman. Hal kita mendapat penghapusan dosa ialah pengalaman kita yang nyata.

Seluruh hidup saya, saya bersyukur, walaupun tubuh saya berada di dalam dunia dan budaya yang sama serta menggunakan peradaban yang sama, tetapi roh jiwaku dipisahkan dari dunia. Roh jiwaku tidak sama dengan mereka, walaupun saya berada di dalam misi dan pesawat terbang yang sama, roh jiwaku tetap berpegang. Walaupun saya menderita, roh jiwaku dibeli oleh darah-Nya, dan dijaga serta dituntun dengan mencurahkan Roh Kudus. Saya mengakui telah menerima berkat dari Allah sebagai domba dan gembala yang baik, sebagai anak dari Bapa yang baik.

Masalah mereka, karena tidak mengakui kasih anugerah yang dikaruniakan dari Alah. Kadang kadang mereka mengeluh tidak percaya, dan melawan atau memberontak terhadap Allah, sehingga menjatuhkan diri sendiri dalam keputus-asaan. Alkitab memberi nasihat kepada kita supaya kita jangan mencobai Allah. Jangan berani mencobai Allah. Dalam doa Bapa kami, ada kalimat, ‘jangan membawa kami ke dalam pencobaan’.

Seri kedua dari Demonologi adalah “Siapakah roh-roh penyesat itu?”. Kita semua harus membaca buku itu. Jemaat Sungrak diakui sebagai jemaat yang menjalankan kehidupan iman terbaik di dunia ini. Jemaat di manapun saya pergi, mereka merindukan jemaat Sungrak, karena mereka menyangka jemaat Sungrak itulah yang menjalankan kehidupan iman paling unggul. Tetapi seperti anak-anak yang tidak hebat karena bapanya hebat, dan tidak cerdas karena bapanya cerdas. Mereka bisa salah sangka demikian, karena mereka melihat hanya saya saja. Tetapi saya berharap sungguh-sungguh, supaya jemaat Sungrak semua mendapat Roh Kudus, dan memiliki pengetahuan rohani yang mantap, sehingga saya bisa merekomendasikan kalian sebagai jemaat Sungrak.

“Jangan membawa kami ke dalam pencobaan”, itu artinya jika kita mengabaikan dan meninggalkan Allah, Allah pun membiarkan kita. Di dalam II Tesalonika 2:11-12, mari kita baca bersama-sama, “Dan itulah sebabnya, Allah mendatangkan kesesatan atas mereka yang menyebabkan mereka percaya akan dusta, supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan”. Kita bisa tahu dua hal dengan jelas dari ayat yang kita baca. Sebenarnya Allah membiarkan kita percaya Yesus dan menerima kasih anugerah dan hidup serta berkat, tetapi dari ayat tadi Allah mendatangkan kesesatan supaya mereka percaya akan dusta. Allah yang membiarkan kita percaya yang benar dan Yesus, tetapi membiarkan percaya akan dusta sehingga tidak percaya akan kebenaran. Allah yang membiarkan kita jangan dihukum, tetapi diselamatkan, namun membiarkan mereka dihukum. Maka di dalam doa Bapa kami kita berdoa, “Jangan membawa kami ke dalam pencobaan”.

Allah mendatangkan kesesatan. Mengapa? Karena mereka percaya akan dusta, maka Allah membiarkan mereka percaya lebih akan dusta, dan menutupi jalan ke kebenaran. Dan kepada orang yang tidak mau diselamatkan, dibiarkan dihukum dan dibinasakan. Jika kita tidak mengasihi roh jiwa kita sendiri, siapapun juga tidak dapat menolong. Allah berkata karena Ia mengasihi roh jiwa kita. “Kasihilah roh jiwamu sendiri!”. Tetapi, apabila kita tidak mengasihi roh jiwa kita sendiri, Allahpun tidak bisa menolongnya. Cara mengasihi diri sendiri adalah mengasihi Allah yang mengasihi roh jiwa kita. Kita harus bersyukur kepada Alah. Yesus adalah Anak Allah. Ia selalu bersyukur kepada Allah sambil berdoa. “Bapa, mempermuliakan Aku”. Dan di depan kuburan Lazarus pun, Dia berterima kasih kepada Bapa. Dia selalu bersyukur. Bukan karena keadaan kita bagus, sehingga kita bersyukur.

Apa itu ibadah? Allah berfirman kepada Israel maupun Firaun, “Biarkanlah umat-Ku pergi, mereka akan melakukan perayaan di padang gurun”. Akan beribadah dan akan memberi persembahan korban. Hari raya dan ibadah, itulah yang dipadatkan tiga hal tadi. Masa kini kita melakukan tiga hal itu dalam beribadah. Ibadah adalah hari raya besar. Kita melayani Allah melalui ibadah. Kita tidak dapat menduga, betapa susahnya dan menderitanya di padang gurun umat Israel. Kehidupan mereka di padang gurun amat susah, sehingga tak terduga, namun demikian mereka tetap beribadah syukur di hadapan Alah. Itulah ibadah.
Pada hari ini, saudara dan saya berkumpul di gereja, dan beribadah syukur. Kita tidak hanya mengalami hal yang baik saja, tetapi ada yang sulit yang tidak dapat diucapkan selama kehidupan seminggu. Hal seperti itu adalah suatu penderitaan di dalam kehidupan pengembara. Kita tidak akan hidup terlalu lama di dunia ini. Kadang-kadang mereka yang panjang umur, hidup beberapa puluh tahun lebih lama dari pada kita, tetapi bagaimanapun tetap akan meninggalkan dunia ini. Sungguh ketika kita terlepas dari tubuh, kita akan disambut oleh Tuhan, dituntun dan dibawa ke tempat yang disiapkan oleh Tuhan. Seperti Stefanus dan Yesus yang mengatakan, ‘terimalah roh jiwaku’ ketika meninggal, demikian juga roh jiwa kita akan di terima Allah, meskipun kita hidup dengan bersandar pada tubuh di dunia ini.

Sejak dua minggu yang lalu, mungkin saya tidak bisa melihat saudara lagi. Setelah selesai ibadah ketiga, mungkin saya tidak bisa melihat saudara lagi. Tetapi karena Allah menghidupkan lagi, saya berkhotbah lagi. Hal itu dapat mengundang kematian, hanya karena perbedaan sedikit saja. Suatu saat, kita akan meninggalkan dunia secara tiba-tiba. Supaya pada saat itu kita dapat menyerahkan roh jiwa kita ke dalam tangan Bapa dengan lega hati, bahwa “terimalah roh jiwaku”, maka kita harus menyiapkannya.

Allah sudah memberi janji yang cukup mengenai hal itu melalui Yesus. Oleh karena itu Yesus mengatakan, “Anak manusia datang ke dunia ini untuk memberi hidup kepada kawanan domba-Nya dalam kelimpahan”. Kemudian Yesus mengatakan, “Makanlah daging-Ku, minumlah darah-Ku!”. Di dalam dirimu ada hidup, bilamana kamu minum darah-Ku dan makan daging-Ku. Dunia tidak dapat menghibur kita dan tidak dapat menyediakan tempat tinggal kita yang kekal. Oleh karena itu Yesus mengatakan, ‘jangan menumpuk harta bendamu saja di dunia’. Apa yang disimpan di sorga tidak akan hilang. Di mana hartamu berada, di situ hatimu berada. Yesus memberi iman kepada kita dan selalu mengatakan perkataan yang benar. Oleh sebab itu, ibadah maupun ibadah persembahan, itu dilaksanakan karena kita mendengar dan mengikuti firman dari Yesus. Kita mengikuti firman dari Yesus melalui ibadah ini.

Jika kita pelit terhadap Allah, kita pelit terhada diri sendiri, jika kita mengabaikan Allah, kita mengabaikan roh jiwa sendiri dan orang yang tidak percaya kepada Allah, dia mengutuki diri sendiri. Bagaimana kita mengasihi roh jiwa diri kita sendiri? Saya pernah ingin mati, sebab saya berfikir tubuh itulah saya sendiri. Tetapi sekarang, walaupun tubuh saya sengsara dan menderita, roh jiwa saya dapat bergembira. Saya belajar sehingga bisa mengasihi dan memberkati roh jiwa diri sendiri, walaupun tubuh saya menderita dan sengsara. Karena saya memberkati roh jiwa diri sendiri, Allah juga mengakuinya dan karena saya mengasihi roh jiwa sendiri, Allah juga mengasihinya. Untuk roh jiwa sendiri. Saya mengasihi roh jiwa jemaat waktu saya berkhotbah. Saya mengasihi roh jiwa jemaat, sampai membanggakan diri, apakah ada orang yang mengasihi jemaat lebih dari pada saya di dunia ini? Benar saya mengupayakan mengasihi roh jiwa jemaat, karena saya mengasihi roh jiwa sendiri. Kita harus bersyukur dalam segala hal untuk roh jiwa kita sendiri. Kita perlu bersukacita senantiasa. Kita perlu tetap berdoa. Tetapi apa yang lebih perlu adalah, kita harus bersyulur dalam segala hal.

Orang Korea pelit dalam hal mengucapkan terima kasih. Orang Amerika mendapat berkat di dunia. Saya ke AS pertama kali kira-kira 30 tahun yang lalu. Waktu itu saya sangat terharu. Saya diundang oleh satu keluarga. Anak kecil yang baru mulai ngomong dan berjalan, anak itu mengatakan “kiss me” kepada maminya dan mengatakan “thanks” waktu maminya memberi jalan. Di antara suami istri, maupun orang tua dan anak, selalu mengucapkan “thank you, thank you”. Ketika di restoran pun, mereka mengatakan “thank you”. Saat ditawari sesuatu, jika ia tidak mau, dia tetap mengatakan “no, thank you”. Kalau orang Korea berkata hanya “tidak”, sudah, itu saja. Waktu mereka menolak pun, mereka mengatakan “no, thank you”. Saya melihat dengan teliti orang Korea yang juga hidup di sana, mereka mengatakan “no, thank you”, ketika mereka menolak sesuatu, tetapi logatnya berbeda, bukannya“no, thank you”, tetapi, “nothankyou!”(dengan cepat). Jadi mereka ucapkan yang sama “no thank you”, namun logat orang Korea kasar, sedangkan orang asli di sana biasa mengucapkan ‘thankyou’ walupun mereka sedang menolak sesuatu.

Saya menyadari bahwa bahasa dari orang yang hanya diberkati di dunia ini saja, dan tidak mengerti konsep berkat di dunia ini, berbeda. Setelah 3 bulan mendengar ‘thankyou’ melulu dari sana, dan sewaktu pulang ke Korea, sepertinya masuk di lingkungan gersang. Maka kita harus mengucapkan ‘terima kasih, terima kasih’ terus, apalagi di hadapan Allah, kita harus mengucapkan syukur kepada Allah.

Kita harus banyak sekali bersyukur pada suatu saat. Maka kita harus bersyukur kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh, walaupun tubuh kita menderita sengsara dan dikutuk, karena Alkitab mengatakan, ‘orang yang diberkati akan menerima berkat, sekaligus penganiayaan’. Walaupun seseorang menang dalam kehidupan rohani, bisa juga menghadapi penderitaan dan sengsara secara tubuh atau di dalam lingkungan. Tetapi karena Allah memberi hidup kekal, bagaimanapun kita harus bersyukur, bersyukur terus. Khususnya melalui ibadah, kita harus bersyukur dengan sungguh-sungguh. Roh jiwaku harus bersyukur. Apakah benar hati kita penuh dengan syukur.

Kesuksesan atau kegagalan ibadah tergantung pada hati kita bersyukur. Itu artinya kita bersyukur bukan karena urusan manusia, tetapi karena Allah membiarkan kita mengenal-Nya. Tanpa Yesus, kita tidak dapat mengenal Allah, tidak dapat mengenal sorga, maupun hidup kekal. Betapa syukurnya! Maka, apakah saudara memiliki iman atau tidak?, itu tergantung pada syukur dalam ibadah. Kesuksesan ibadah tergantung syukur, karena ibadah itu sendiri adalah bersyukur.

Kehidupan padang gurun umat Israel itu penderitaan dan sengsara, tetapi mereka tetap bersyukur dalam ibadah mereka. Mereka tetap bersyukur dalam ibadah. Apa itu ibadah? Ibadah adalah yang bersyukur kepada Allah. Walaupun saudara berkumpul di sini dan ikut ibadah, apabila tidak bersyukur, saudara tidak beribadah yang sejati. Roma 12:1-2 mengatakan, ‘bedakanlah saudara, manakah kehendak Allah, apa yang baik yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna’. Itulah ibadah yang sejati. Jika saudara mengerti kebaikan Allah, bersyukurlah kepada Allah!

Apabila saudara ada keluhan, saudara gagal dalam ibadah ini. Saudara sukses dalam ibadah ini bila saudara bersyukur. Walaupun kesulitan bertumpuk di dalam keluarga saudara, dan penderitaan melindas saudara seperti gelombang, saudara harus bersyukur dengan keputusan, bahwa ‘aku akan menang atas dunia dan akan masuk dalam pelukan Allah’. Demikian, harus bersyukur. Itulah ibadah sejati.

Dalam ibadah ini kita harus bersyukur, sebab dosa kita dihapus, sehingga dapat memanggil Allah sebagai Bapa. Walaupun kita menderita dan sengsara, tetapi dipisahkan dari dunia, sehingga kita mengakui Allah sebagai Bapa, maka betapa syukurnya. Roh Kudus berada di dalam diri kita dengan menyamakan kita sebagai bait-Nya, dan memberi kuasa dalam kelimpahan, maka kita harus bersyukur.

Saudara, jangan menolak kuasa dari Allah, tetapi terimalah!, jangan menolak kasih anugerah, terimalah! Jangan menolak kasih Allah, terimalah!, terima sajalah dengan bersyukur. Waktu kita berdoa, bila kita bersyukur dengan sungguh-sungguh, itu berarti saudara telah sukseskan ibadah. Apabila saudara berpikir tidak ada yang harus disyukuri kepada Tuhan, itu berarti saudara gagal beribadah. Mari kita sukseskan ibadah ini dengan mengucapkan syukur, mari kita bersyukur kepada Allah dalam segala hal. Mari kita berdoa dengan suara keras. Saudara, jangan berpikir hal hal dimana saudara menderita, tetapi akuilah dengan, mulut saudara, syukurlah dan bersyukurlah!