Bangunlah, Angkatlah tilammu dan berjalanlah! - 14 maret 2004

INTISARI KHOTBAH

Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah! (Yohanes 5:1-18)

Allah yang kita sembah adalah Allah Yang Maha Kuasa. Ia mengutus Juruselamat untuk menyelamatkan dunia, yaitu Yesus Kristus (Yohanes 3:10-18). Ia adalah Anak Tunggal Allah yang menjadi Anak Manusia dari Firman (Yohanes 1:14), dan yang Maha Kuasa (Markus 9:23). Kita mendapat kesembuhan karena mentaati perintah-Nya (Mazmur 107:20). Kebenaran bukan dari manusia, tetapi Firman dari Allah (Yohanes 17:17), mereka yang mengikuti Kebenaran harus melampaui gagasan dirinya (II Korintus 10:3-6).

Orang sakit harus membatalkan dulu konsep diri sebagai orang sakit (Matius 9:6). Orang yang dibaptis bukan orang berdosa, tetapi orang kudus dan anak-anak Allah yang dibenarkan-Nya (Roma 8: 32-33), kita akan bebas (Yohanes 8:36), karena Yesus menanggung segala penyakit (Matius 8:17). Ketika kita terlepas dari konsep diri sebagai orang sakit, Roh Kudus menjamin dan memeteraikan orang yang bebas.

· Hal kita mendapat kesembuhan adalah kehendak dan janji Allah,
maka kita harus menerima janji-Nya.
· Kita harus memberi wibawa kepada Kebenaran dari pada pengetahuan tentang penyakit diri sendiri. Yesus tetap sama, hari ini dan besok.
· Bilamana kita bebas dari dosa, maka kita akan bebas dari penyakit itulah Injil, yaitu Kabar Baik.

Penyebab penyakit berada pada gagasan,
mari kita menyerahkan pikiran kita yang negatif tetapi bangun saja.
Tuhan memerintahkan, maka taatilah dan sembuhlah!


ISI KHOTBAH

Allah adalah Maha Kuasa. Kita semua percaya demikian. Dia saja satu-satunya Allah Yang Maha Kuasa. Dia memiliki wibawa dan kuasa yang tidak ada kemustahilan apapun. Ia memerintahkan hari Tuhan yang kudus kepada kita. Kita mentaati dan mengalami hari Tuhan sebagai yang pertama dalam kehidupan iman kita. Arti ibadah adalah melihat Allah atau bertemu Allah. Oleh sebab itu melalui ibadah kita melihat Allah.

Di dunia ini ada orang yang berpangkat atau pejabat tinggi. Pasti amat sulit untuk bertemu dengan mereka, dan apabila kita bertemu orang seperti itu adalah suatu kehormatan. Tetapi Allah kita adalah Allah yang Hidup dan Kekal. Dia adalah Yang Maha Tinggi. Tidak ada kehormatan dan kemuliaan lain dari pada kita melihat Allah. Hari Tuhan adalah hari kudus kita melihat Allah. Hari Tuhan adalah hari kita melihat Allah Maha Besar. Namun mereka mengabaikan hal itu, karena tidak melihat Allah dengan mata jasmani.

Walau pun seseorang buta, tidak dapat melihat orang tuanya, tetapi ia mengenal orang tuanya dan menerima kasih sayang melalui suara orang tua. Walaupun kita tidak melihat Allah seperti orang buta, namun kita dapat mendengar suara-Nya dan menerima kasih sayang-Nya. Kita harus mengakui perkataan kemuliaan yang dapat melihat Allah dan hal itu harus menjadi iman kita. Oleh sebab itu kita tinggalkan semua pekerjaan kita dan beribadah kepada Allah pada hari Tuhan. Yesaya 58:15 mengatakan apabila kita tidak melakukan urusan kita pada hari kudus Allah dan karena menghormatinya, tidak menjalankan acara kita, seperti: tidak main bola atau main catur dan tidak nonton, tidak berkata omong kosong dan tidak berdagang, kita akan berlangsung baik.

Mengapa kita harus mentaati firman Allah?
Di antara janji dan peraturan Allah, ada peraturan bahwa dosa nenek moyang akan turun temurun sampai 3 atau 4 generasi. Karena suatu waktu kita melanggar hukum dan kehendak Allah. Kita menurunkan dosa kita kepada keturunan kita, namun kita tidak menginginkannya. Sedangkan kasih anugerah Allah turun sampai 1000 generasi. Siapapun kita ingin memberi sesuatu yang paling bagus kepada anak-anak kita. Memang kita tidak mengenal 4 atau 5 generasi dari kita, tetapi karena kita melihat anak cucu dan cicit kita, kepada keturunan kita yang dapat kita lihat dengan mata, kita harus menurunkan berkat dan kasih anugerah kepada keturunan kita yang menganggap kita sebagai orang besar. Tetapi kalau kita menurunkan mereka kutuk dan dosa, bagaimana?

Walaupun kita diberi pertobatan, pengampunan dan penghapusan dosa, tetapi peraturan Allah tidak berubah. Oleh sebab itu saya cepat dan langsung bertobat setelah saya membuat dosa perilaku maupun pikiran karena memikirkan keturunan saya. Supaya jangan menurunkan dosa kepada keturunan saya saya bertobat segera. Kita menahan kehidupan kita supaya jangan menurunkan dosa kepada keturunan kita. Oleh sebab itu kita minta pengampunan dosa.

Pada umumnya Orang Korea kita sungguh mengorbankan diri untuk keturunan. Memakai uang yang didapat dengan susah untuk keturunan. Kadang-kadang memaksa dan mengancam anak kita supaya mereka rajin belajar. Karena kita menaruh harapan besar kepada anak-anak kita, memakai sejumlah besar uang dan membujuk atau pun memaksa dan mengancam mereka, tetapi bagaimana bila kita menurunkan dosa kepada mereka. Apabila Allah tidak membuka jalan, berupaya bagaimana pun, kita tidak mendapat jalan yang lurus. Allah harus membuat jalan kepada kita, maka Yesus mengatakan “Aku adalah Jalan”.

Jika kita tidak membiarkan mereka mengenal jalan itu dan membiarkan mereka pergi melalui jalan itu, bagaimana? Sebab Yesus mengatakan Aku adalah pintu gerbang. Bila mereka tidak masuk ke pintu yang disediakan Allah, apa yang terjadi jika mereka menuju ke arah lain? Betapa banyak orang mengembara karena mereka berjalan di mana tidak ada jalan. Walaupun mereka dibiayai orang tua untuk lulus sekolah bagus, tetap betapa banyak orang tidak dapat jalan lurus, meskipun mereka anak-anak raja atau anak orang kristen.

Apa yang kita turunkan kepada keturunan kita yakni berkat. Oleh sebab itu ibadah begitu penting. Hari Tuhan begitu penting. Walaupun kita bekerja dengan bebas, mengurus urusan kita pada hari biasa, tetapi kita harus memisahkan hari Tuhan sebagai hari yang kudus dan melihat Allah serta beribadah kepada Allah. Kita harus membebaskan hari Tuhan dari hari biasa. Kita memiliki tujuan kehidupan iman untuk tahun ini, yaitu “Marilah kita suseskan ibadah”. Apa yang kita lakukan pada hari Tuhan? Bagaimana kita menyerahkan roh jiwa kita pada hari Tuhan ini? Karena hari Tuhan adalah hari yang dijanjikan oleh Allah. Pada hari Tuhan Allah membuka diri-Nya selebar-lebarnya dan menyambut, menyongsong kita, maka kita harus melihat-Nya. Itulah hari Tuhan yang kudus.

Pada Perjanjian Lama, mereka yang mengabaikan hari Sabat binasa. Hal itu adalah kiasan tentang kebinasaan kekal. Hari Kudus, oleh sebab itu kita membereskan hati kita untuk menarik perhatian Allah. Kita tidak boleh mengukur Allah karena kita tidak melihat Dia. Karena kita telah mendengar firman Allah, kita melihat Allah, dan kita harus menerima berkat yang dijanjikan-Nya. Sungguh di dalam hari Tuhan ada berkat.

Melalui cerita di Betesda ini, Yesus memperlihatkan kehendak Allah yang khusus kepada orang Yahudi. Orang Yahudi tidak boleh bekerja sedikitpun, atau angkat tongkatpun tidak boleh pada hari Sabat. Mereka salah mengerti akan kehendak dan peraturan Allah, sehingga terjebak dengan hukum Taurat, akhirnya dirampas kebebasannya. Yesus mengajar mereka akan kehendak Allah terhadap hari kudus. Hari kudus bukan hari yang merampas roh jiwa manusia, melainkan hari yang memberi kebebasan. Hari yang mendapatkan kehidupan dari maut. Hari yang mendapat kebebasan dari segala tekanan dan hari merdeka dari segala kutuk. Tetapi orang Yahudi salah mengerti akan hukum Taurat. Sambil melaksanakan hukum Taurat, mereka menjebak roh jiwa sendiri. Tetapi Yesus mengatakan dengan jelas mengenai kehendak Allah terhadap hari kudus.

Pada hari Tuhan yang kudus ada kehidupan. Yesus mengatakan dalam Markus 2:28, bahwa Anak manusia adalah Tuhan atas hari kudus. Apa yang dilakukan Yesus pada hari kudus? Yesus mengusir roh-roh kotor, menyembuhkan orang sakit, seperti orang lumpuh ini, oleh sebab itu, Dia dianiaya oleh orang Farisi. Namun demikian, hari kudus adalah hari dimana ada keselamatan, hari yang berkelimpahan hidup. Yohanes 10:10 mengatakan Yesus datang supaya domba-Nya mempunyai hidup dalam segala kelimpahan.

Pada hari Tuhan yang kudus berkelimpahan berkat, berkelimpahan kasih anugerah. Pada hari ini berkelimpahan kekuatan Allah. Berkelimpahan kuasa Allah, inilah hari Tuhan yang kudus. Pada hari Tuhan yang kudus ini, Allah bertemu kita. Kita harus mengetahui kehendak Allah seutuhnya. Alasan Allah menyatakan diri-Nya kepada kita untuk memberi hidup. Dengan tujuan memberi hidup Ia menyatakan diri-Nya dan memberi iman kepada kita. Kita harus beribadah dengan sungguh-sungguh agar kita menurunkan berkat kepada keturunan kita, meski kita tidak menurunkan harta benda kepada mereka. Bagaimana kita memiliki iman seumur hidup kita jikalau tidak ada hari Tuhan yang kudus?

Paling sedikit beribadah sekali seminggu, kita bereskan hati supaya dapat beribadah dan mengusahakannya serta bertobat supaya menyenangkan hati Allah dan mengorbankan diri seumur hidup kita, sehingga Allah turut bekerja bersama kita. Sukacita dan syukur terhadap hari Tuhan yang kudus!
Oleh karena Allah memberi kasih anugerah kepada kita pada hari Tuhan yang kudus, sehingga kita mendapat berkat. Apabila tidak ada hari Tuhan yang kudus, pasti kita jatuh dalam kejahatan. Oleh sebab itu betapa menyedihkannya orang yang tidak mengikuti hari Tuhan yang kudus.

Jika kita jatuh dalam pencobaan, kita mulai mengabaikan hari Tuhan dahulu seperti pada awal kita mengikuti hari Tuhan dan juga mengabaikan tugas yang dilaksanakan pada hari Tuhan. Demikian mengabaikan hari Tuhan bila seseorang jatuh dalam pencobaan. Akhirnya pencobaan meniup seluruh keluarganya. Kita sering melihat kasus seperti itu, betapa mahal harganya hari Tuhan yang kudus.

Hari kudus adalah hari Sabat. Alkitab mengatakan apa yang dilakukan Yesus di Betesda. Orang Yahudi memiliki mitos bahwa apabila orang sakit masuk di dalam air kolam Betesda ketika air itu bergoyang, mereka sembuh, maka di antara 5 serambi yang ada, dipenuhi orang sakit. Pada saat itu, Yesus mendekati seorang yang sakit paling lama kelihatannya, bukan hanya 20 atu 30 tahun, tetapi yang sakit selama 38 tahun. Yesus bertanya kepadanya, “Maukah engkau sembuh?”, tentu saja semua orang sakit disitu mau sembuh, tetapi Yesus bertanya “Maukah engkau sembuh?”. Kata orang sakit itu, “Aku mau sembuh, namun apabila airnya goncang orang lain turun mendahului aku”. Tidak ada orang yang membantu dia agar dia dapat turun ke kolam.

Orang sakit itu mengatakan dua alasan dimana dia tidak dapat sembuh. Hal ini bukan hanya masalah sakit lumpuh tersebut, tetapi masalah konsep kepada semua orang sakit pun di jaman sekarang ini. Semua orang yang sakit mengatakan mereka tidak memiliki kesempatan. Saudara, saya sedang duduk di Betesda seperti orang sakit disitu yang mengharap mujizat dan hoki saja, dan itupun dibatalkan dengan alasan tidak ada kesempatan. Demikian frustasinya dan karena itu jatuh dan tergeletak. Seluruh Alkitab mengatakan bahwa, semua manusia pikirannya hanya sedemikian saja.

Pada waktu itu adalah hari Sabat. Yesus menyatakan kehendak Allah pada hari Sabat dengan jelas. “Maukah kamu sembuh?”. “Angkatlah tilammu dan berjalanlah!”. Yesus memerintahkannya. Kesempatan kita adalah seketika kita mendengar suara Tuhan. Yang kita tahu melalui Alkitab adalah, Allah tidak memberi kesempatan kepada orang yang mengira tidak memiliki kesempatan.

Saya sering mengajar kepada pemuda-pemudi dalam khotbah saya, dalam ibadah pemuda yang keempat dan kelima. Karena faktor 3D (Dirty, Dangerous,) yaitu pekerja tidak mau kerja dengan upah murah dan tidak mau bekerja dalam bidang pekerjaan yang keras kemudian tidak mau bekerja pada pekerjaan yang kotor. maka fungsi ekonomi Korea tidak berjalan lancar. Tetapi apabila mereka bekerja di tempat proyek, mereka dapat banyak uang dan ketrampilan walaupun pekerjaannya keras dan kotor. Namun karena mereka berpikir ‘aku seharusnya mendapat upah USD3000’, tetapi bagaimana dengan upah USD1000 saja, padahal Allah tidak memberi dahulu pekerjaan yang besar. Seperti memberi 4 dinar kepada orang yang menanggung 2 dinar dan memberi 10 dinar kepada orang yang menanggung 5 dan menambahkannya 1 lagi.

Maka kita harus mengerjakan pekerjaan yang kecil dahulu, karena Allah bersifat memberi kepada orang yang memiliki, mengambil dari orang yang tidak memiliki. Oleh sebab itu kita harus bekerja apa saja. Jika kita kerja sedikit dan sedikit lagi, kita akan ditambahkan, tetapi apabila tidak memiliki, diambil apa yang ada sedikit itu. Apabila kita melakukan sambil memegang yang kecil itu, kita dapat sesuatu. Alkitab mengatakan iman turut bekerjasama dengan perbuatan kita. Iman adalah yang bekerja bersama perilaku. Bilamana seseorang tidak bekerja, maka sia-sialah meskipun ia memiliki iman.

Yesus mengatakan dalam Yohanes 4:34 bahwa Ia memiliki makanan. Makanannya ialah melakukan kehendak Bapa. Mereka salah paham akan makanan roh jiwa, ialah banyak membaca Alkitab dan memanggul ayat-ayatnya. Bukan orang yang mendengar, tetapi yang melakukanlah yang disebut orang benar. Seperti seorang yang menyimpan banyak makanan, namun tidak memakan makanannya itu, sehingga menderita kelaparan. Demikan juga dengan mereka yang membaca Alkitab, tetapi karena tidak melakukannya, sehingga roh jiwa mereka lapar walaupun banyak bertumpuk-tumpuk makanan ilahi.

Supaya kita turut bekerja bersama Allah, kita harus mulai bekerja ketika Allah memberikan kesempatan. Yesus berkata kepada orang yang mengatakan ‘aku tidak punya kesempatan, walaupun aku turun di dalam air ketika tergoncang, orang lain turun mendahului aku’. Yesus mengatakan kepada orang yang memiliki pikiran demikian. Pada saat kita mendengar suara Tuhan itulah kesempatan, pada saat kita mendengar firman dari Allah itulah kesempatan. Tetapi apabila kita melakukan sesuatu tanpa firman Allah, itu hanya keyakinan. Kesempatan kita hanya seketika kita mendengar firman Allah. Ketika kita melakukan sesuatu sesuai firman Allah, perilaku kita itulah kekuatan Allah yang turut bekerja bersama kita. Alkitab mengatakan Allah turut bekerja ketika kita berprilaku. Bila kita tidak melakukannya, Allah tidak turut bekerja. Ketika kita bertindak, Allah turut bekerja.

Orang lumpuh tadi mengatakan ‘tidak orang yang menolong aku’. Siapa dapat menolong kita padahal kita semua memerlukan pertolongan? Allah telah memberi janji kepada orang sakit bahkan kepada kita semua yang mengatakan tidak ada kesempatan, tidak ada orang yang menolong, tetapi karena mengabaikan janji Allah, sehingga tidak mendapat pertolongan dari Allah. Apabila kita benar percaya Allah ketika kita bertindak, Allah turut bekerja, dan ketika kita bertindak dengan mentaati pada perintah-Nya, itulah kesempatan kita. Oleh sebab itu Alkitab mengatakan "Lakukanlah baik atau tidak baik waktunya". Alkitab mengatakan mulailah waktunya baik atau tidak baik. Tetapi mereka terlalu sombong. Karena mereka menaruh nilai yang lebih tinggi dari diri sendiri, mencari sesuatu sesuai nilai yang tinggi itu.

Apabila kita minta pertolongan Allah, orang sakit juga sama. Bagaimana mereka mendapat kesembuhan? Karena mereka tidak berprilaku sebagai orang sehat. Yesus mengatakan kepada orang yang tangannya mati sebelah, “Ulurkanlah tanganmu!” dan “Berjalanlah!” kepada orang lumpuh. Kepada orang buta “Pergilah sampai ke Siloam!”. Yesus memerintahkan kita untuk bertindak. Allah turut bekerja ketika kita berprilaku. Itulah janji dari Tuhan. Apa yang kita temukan pada hari Tuhan yang kudus? Kita mendapat kesempatan. Hari ini juga, bila kita mengakui inilah kebenaran ketika bertemu dan mendengar firman Tuhan, sehingga kita menyamakan itu sebagai kesempatan kita dan bertindak sesuai dengan firman Tuhan, Tuhan akan turut bekerja.

Dalam Perjanjian Lama, kota Samaria pernah dikepung oleh tentara Aram. Mereka sedang kelaparan dan dalam kondisi setengah mati meski ada para nabi dan raja juga tentara. Betapa susahnya mereka sehingga memakan anak-anak mereka. Anak yang kena undi dimakan dahulu, tetapi karena hari ini giliran anak sendiri, tidak mau memberikan anaknya itu sehingga mereka saling bertengkar, "bawalah anakmu!". Itu tertulis dalam II Raja-raja 6 dan 7. Keadaan mereka begitu parah sampai merebus anak sendiri dan memakannya. Walau dimanapun tertimpa kelaparan, mungkin tidak sampai seperti mereka.

Pada waktu itu ada empat orang yang sakit kusta sedang duduk di gerbang Samaria, dan mereka mulai bertindak. “Mengapa kita hanya menunggu mati sambil kelaparan? Mari kita bergerak pergi ke tempat di mana ada pasukan Aram, di mana ada makanan”, “pasti mereka akan menikam dengan senjata mereka”, “tetapi bagaimana, kita hanya menunggu kematian sambil lapar?” “Mari kita pergi”.

Orang kusta bertindak, “Kalau kita mati, ya mati, tetapi apabila kita hidup, mungkin kita mendapat makanan”. Ketika empat orang kusta itu bertindak, Allah melihat mereka dari sorga dan bertepuk tangan. Ketika pasukan Aram mendengar tepuk tangan dari Allah, mereka menyangka bahwa pasukan bangsa yang jumlahnya puluhan ribu sedang menuju untuk menyerang mereka, maka mereka takut sekali dan lari dengan meninggalkan segala milik mereka. Empat orang kusta mengalahkan ratusan ribu pasukan besar itu.

Ketika mereka frustasi dan mengeluh kepada para nabi, dan memakan daging anak sendiri, Allah pun tidak menolong mereka. Tetapi ketika empat orang kusta bertindak, ‘jika mati akan mati’ dan pergi dengan kaki pincang, Allah membiarkan suara itu terdengar kepada pasukan Aram sebagai suara dari pasukan besar yang berkuda, yang sedang menuju mereka. Apabila kita tidak bertindak, Allah tidak menjadi pertolongan kita. Itulah tanda-tanda dari hari Tuhan yang kudus. Kita pergi ke arah mana?

Hari ini kita harus berdoa di hadapan Allah. “Tuhan, aku sebodoh ini sehingga menunggu kesempatan saja, tetapi aku baru tahu, ketika mendengar firman Allah itulah kesempatan, yaitu hari Tuhan yang kudus inilah kesempatan”. “Sejak hari ini aku akan bertindak”. Inilah kesempatan, “Mulai hari ini aku akan bertindak”. Kita harus mengambil keputusan demikian.

Mari kita menggenggam tangan kanan, “firman Tuhan adalah kesempatanku”, “roh jiwaku firman Tuhan adalah kesempatanku”. Mari kita berseru 3 kali. “Mari roh jiwaku, firman Tuhan adalah kesempatanku”. Ya, firman Tuhan itulah kesempatan kita. Mari kita berseru lagi, "Mari roh jiwaku, Yesus adalah kesempatanku!”

Setelah saudara mengenal Yesus, saudara harus berubah saat ini, bukan kelanjutan dari masa lalu, tetapi saat ini adalah saat yang baru. Walaupun Anda hidup dalam keputus-asaan selama 38 tahun, tetapi Anda harus menghadapi saat yang baru. Anda harus menciptakan saat yang baru. Di mana ada yang gelap harus disinari cahaya. Mari kita berdoa dengan sungguh-sungguh, supaya kita lebih menguduskan hari Tuhan yang kudus, dan menjadikannya sebagai kesempatan untuk kita bertemu Allah, demikian kita menjadi orang kudus yang mengabdi kepada Allah, mari kita berdoa!